Postingan

Menampilkan postingan dengan label Manggarai

Kampung Wae Rebo

Gambar
Kampung Wae Rebo Usia kampung Wae Rebo sekitar 18 generasi terhitung sejak "Empo Maro" menempati tempat ini. Rumah berbentuk rumah panggung. Pada bagian kolong biasanya sebagai tempat ternak, bagian tengah merupakan tempat lutur/tenda sebagai "molang" atau kamar keluarga, ruang tamu dekat pintu masuk, dan dapur terletak di bagian belakang lutur. Kampung wae rebo Bagian loteng/lobo sebagai tempat penyimpanan cadangan bahan makanan, benih tanaman dan sesajian untuk leluhur. "Mbaru" Niang berjumlah tujuh buah termasuk satu "niang" sebagai "Mbaru Gendang" yang berukuran besar dan pada bagian atas di pasang "Rangga"/tanduk kerbau. Bahan pembuatan rumah/niang Wae Rebo atap terbuat dari ijuk/wunut dan alang-alang/ri'i berbentuk bulat kerucut. Wae Rebo, desa mini di Kabupaten Manggarai, kampung ini terletak di Desa Wae Rebo Kecamatan Satarmese, Nusa Tenggara Timur (NTT), peraih penghargaan tertinggi dari United Nation

Torong Besi

Gambar
Torong besi Torong Besi adalah Gua Patung Bunda Perawan Maria. Panorama alam pantai yang indah dan terdapat Gua Maria yang merupakan tempat ziarah umat Katolik. Obyek wisata yang mengagumkan dimana anda akan menemukan tiga obyek wisata berbeda pada satu tempat wisata. torong besi Pertama adalah Gua Patung Bunda Perawan Maria yang terletak di atas bukit yang selalu dikunjungi dan dijadikan tempat berdoa bagi umat Katolik. Kedua adalah Gereja Tua yang dibangun di pinggir pantai oleh misionaris Belanda sebagai tempat ibadat umat Katolik. Ketiga, panorama pantai yang fantastis yang dihiasi oleh pasir putih indah sepanjang pantai dengan Laut Flores di depannya. Torong Besi terletak di Kelurahan Wangkung, Kecamatan Reok dengan jarak75 km dari pusat kota Ruteng dan dapat dijangkau dengan kendaraan umum atau kendaraan sewaan dengan waktu tempuh 3 jam.

Air terjun cunca lega

Gambar
Air terjun cunca lega Air Terjun Cunca Lega atau lebih terkenal dengan sebutan Tengku Lese, merupakan air terjun dua tingkat dengan ketinggian kurang lebih 25 meter. Dikelilingi oleh hutan subur dan sawah yang terlihat dari kejauhan. cunca lega Air terjun Tengku Lese dapat dicapai dengan cara mendaki dari Desa Nanu, setelah itu berjalan selama sekitar 2.5 km dengan panorama yang indah, bukit-bukit hijau nan rimbun, susunan sawah bertingkat, dan petani membajak tanah dengan kerbau mereka. Sesampainya di kaki air terjun, anda akan dijamu dengan pemansangan air terjun dua tingkat hati seakan runtuh dari ketinggian 25m dengan suara guruh menderu serta sinar cahaya yang membiaskan pelangi kecil.  Akt­iv­itas Melom­pat di atas batu-batu cokelat besar yang menye­bar di sekitar dasar air ter­jun itu ada­lah hal yang meny­en­angkan untuk dilak­ukan. Dis­arankan untuk tidak melom­pat ke­dalam air ter­jun kar­ena tetesan air sangat kasar. Jika ingin ber­en­dam, sedikit ke bawah anda akan me­nemuk

Liang Bua

Gambar
Liang Bua Liang Bua terletak di daerah perbukitan kapur memiliki potensi sumber daya arkeologi yang mengagumkan. Terbukti dengan adanya situs-situs arkeologi yang tersebar luar di daerah ini. Salah satunya adalah situs Liang Bua, sekitar 14 km di utara Kota Ruteng. Liang Bua Situs Liang Bua sangat ideal untuk pemukiman masa prasejarah, memiliki ukuran panjang kurang lebih 50m, lebar 40m, dan tinggi atap bagian dalam 25m. Terletak sekitar 200 m dari pertemuan dua buah sungai besar yaitu Wae (sungai) Racang dan Wae Mulu. Kedua sungai ini mengandung temuan artefak batu dan batuan keras seperti tufa kersikan, kalsedon dan rijang (chert). Liang Bua yang bermakna gua yang dingin ini menjadi istimewa karena ditemukan rangka manusia kerdil yang kemudian diberi nama Homo Floresiensis, di kedalaman 6 meter yang berasal dari sekitar 18.000 tahun yang lalu. Manusia kerdil ini berjenis kelamin perempuan berumur sekitar 30 tahun, tinggi sekitar 106 cm, volume otak sekitar 380 cc (bandingkan dengan o

Lingko cara

Gambar
Lingko Cara Sawah berbentuk lodok yang menyerupai sarang laba-laba ini hanya terdapat di Manggarai saja. Memiliki filosofis yang tersembunyi dibalik bentuknya, oleh nenek moyang masyarakat Manggarai dibagi dengan begitu unik. Lingko Cara Zaman dahulu ketika warga kampung hendak membagi sebuah lingko, titik pusatnya ditandai dengan sebuah kayu sebesar paha orang dewasa yang disebut haju teno, dinamai seperti itu karena diambil dari kayu teno. Titik pusat inilah yang disebut lodok dan sering diadakan upacara adat. Saat musim tanam dan musim panen, warga mempersembahkan korban binatang berupa ayam jantan agar mendapat berkat dan bersyukur atas hasil kerja yang telah diperoleh. Masyarakat Manggarai mengakui adanya Yang Ilahi, Tuhan Pencipta. Untuk menentukan besaran bagian tanah, ketua adat menentukan dengan ukuran jari tangannya pada Haju. Ada yang mendapat 1 jari ada yang dua jari sesuai pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan ketua adat. Ukuran jari tangan pada Haju selanjutnya ditarik

Kampung Todo

Gambar
Kampung Todo Terletak di Desa Todo, Kec. Satar Mese Barat, Kab. Manggarai, Kampung tua yang memiliki halaman yang dikelilingi batu tersusun rapi merupakan asal muasal kerajaan Manggarai. Di sini terdapat Rumah Adat (Niang) bernama “NIANG WOWANG”, Tambur Kecil yang terbuat dari kulit perut seorang gadis (Loke Nggerang) dan meriam-meriam kuno. Kampung Todo Satu-satu ciri khas kampung Todo adalah Niang Todo, sebuah rumah adat berbentuk bundar beratap jerami yang diketahui merupakan istana raja Todo tempo dulu. Menyaksikan wisata budaya salah satunya atraksi bela diri tradisional yang dikenal dengan nama Caci. Selain untuk menghidupkan suasana, permainan ini juga untuk mempertemukan kembali para keturunan Raja Todo, penguasa kerajaan besar di Manggarai 300 tahun silam. Warga dari kampung tetangga pun turut berpartisipasi. Inilah saatnya warga kampung larut dalam kegembiraan menyambut ritual "Wajo Mora". Selain sebagai upacara adat yang dianggap sakral, ritual ini dilaksanakan unt