Kampung Wae Rebo
Kampung Wae Rebo
Usia kampung Wae Rebo sekitar 18 generasi terhitung sejak "Empo Maro" menempati tempat ini. Rumah berbentuk rumah panggung. Pada bagian kolong biasanya sebagai tempat ternak, bagian tengah merupakan tempat lutur/tenda sebagai "molang" atau kamar keluarga, ruang tamu dekat pintu masuk, dan dapur terletak di bagian belakang lutur.
Kampung wae rebo |
Bagian loteng/lobo sebagai tempat penyimpanan cadangan bahan makanan, benih tanaman dan sesajian untuk leluhur. "Mbaru" Niang berjumlah tujuh buah termasuk satu "niang" sebagai "Mbaru Gendang" yang berukuran besar dan pada bagian atas di pasang "Rangga"/tanduk kerbau. Bahan pembuatan rumah/niang Wae Rebo atap terbuat dari ijuk/wunut dan alang-alang/ri'i berbentuk bulat kerucut.
Wae Rebo, desa mini di Kabupaten Manggarai, kampung ini terletak di Desa Wae Rebo Kecamatan Satarmese, Nusa Tenggara Timur (NTT), peraih penghargaan tertinggi dari United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO). Wae Rebo, sebuah desa di dataran tinggi Manggarai bagian selatan dengan amat menarik.
Disebut menarik, lantaran tidak hanya menyuguhkan kekayaan budaya dalam bentuk rumah adat, tenun ikat dan upacara serta ritus adatnya dengan detail tetapi juga lingkungan dan suasananya. Kampung tradisional tua yang memiliki empat rumah adat tua yang dibangun sejak se abad yang lalu.
Diapiti oleh dua buah gunung yakni Gunung Tongkor Kina dan Gunung Porto (kawasan enklave hutan) dengan 4 (empat) rumah adat (tembong) yang dibangun ratusan tahun lalu. Kampung ini dikelilingi oleh hutan yang lebat. Di Obyek wisata ini, anda akan menemukan keaslian budaya dan tradisi Manggarai.
Salah satu hal yang menarik dari Desa Wae Rebo adalah rumah adatnya yang berbentuk kerucut dan atapnya terbuat dari daun lontar. Rumah adat yang disebut mbaru niang ini sepintas mirip dengan honai yang ada di Papua. Namun, yang membedakan adalah bentuk atap rumah Wae Rebo lebih kerucut dengan atap yang memanjang sampai menyentuh tanah.
Anda dapat melakukan kegiatan pendakian dan menikmati udara segar serta pemandangan alam yang fantastis.
Akomodasi
Anda diwajibkan menginap di rumah penduduk Wae Rebo, sesuatu yang tidak anda dapatkan ditempat lain, mengingat perjalanan yang cukup jauh. Penginapan Dengeyang merupakan pusat informasi Wae Rebo juga dapat menjadi alternative pilihan, dimiliki oleh Bapak Blasius Monta yang berprofesi sebagai seorang Kepala Sekolah.
Kuliner
Anda bisa mencicipi makanan khas penduduk kampung, atau jika masih merasa asing anda bisa membawanya dari kota Ruteng.
Transportasi
Dari Ruteng anda harus menempuh perjalanan menuju Kampung Denge, jalan beraspal terakhir sebelum mendaki ke Wae Rebo. Jalan ke Denge bisa ditempuh sekitar 5 jam bermobil atau sekitar 3 jam memakai ojek.
Komentar
Posting Komentar