Lingko cara
Lingko Cara
Sawah berbentuk lodok yang menyerupai sarang laba-laba ini hanya terdapat di Manggarai saja. Memiliki filosofis yang tersembunyi dibalik bentuknya, oleh nenek moyang masyarakat Manggarai dibagi dengan begitu unik.
Lingko Cara |
Zaman dahulu ketika warga kampung hendak membagi sebuah lingko, titik pusatnya ditandai dengan sebuah kayu sebesar paha orang dewasa yang disebut haju teno, dinamai seperti itu karena diambil dari kayu teno. Titik pusat inilah yang disebut lodok dan sering diadakan upacara adat. Saat musim tanam dan musim panen, warga mempersembahkan korban binatang berupa ayam jantan agar mendapat berkat dan bersyukur atas hasil kerja yang telah diperoleh.
Masyarakat Manggarai mengakui adanya Yang Ilahi, Tuhan Pencipta. Untuk menentukan besaran bagian tanah, ketua adat menentukan dengan ukuran jari tangannya pada Haju. Ada yang mendapat 1 jari ada yang dua jari sesuai pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan ketua adat. Ukuran jari tangan pada Haju selanjutnya ditarik hingga batas Lingko, itulah bagian tanah yang akan diterima seorang warga kampung adat tersebut. Salah satu sawah lodok yang sampai sekarang masih bertahan dengan bentuk seperti ini terletak di Kampung Cara, daerah Cancar, sekitar 12 km ke arah barat Ruteng, ibu kota Kabupaten Manggarai dan di Lembor, Manggarai Barat.
Anda dapat menggunakan kendaraan pribadi atau rental dengan lama perjalanan sekitar 1 jam. Setelah menemukan Pasar Cancar, ada jalan masuk untuk menuju ke lokasi tersebut, yaitu sekitar 3 km.
Setelah mendaki tanjakan kecil , anda akan bertemu dengan penduduk setempat yang mengarahkan anda untuk masuk kerumah adat dan bertemu dengan Ketua Adat. Tua Adat akan membawa anda menuju perbukitan dimana lahan Lodok bisa terlihat sejauh mata memandang. Jika cuaca bagus, dari lokasi tersebut bisa terlihat belasan Lodok berbentuk lingkar-lingkar yang menyerupai jaring laba2.
Komentar
Posting Komentar