Kampung Koanara

Kampung koanara

kampung koanara
kampung koanara

Kampung adat Koanara Moni berada dalam wilayah administrasi kecamatan kelimutu, yang merupakan kecamatan pemekaran dari kecamatan wolowaru dan terletak di kaki gunung kelimutu. Desa koanara sejak berpuluh tahun telah menjadi tempat persinggahan bagi para wisatawan baik domestik maupun mancanegara.

Di desa Koanara, yang merupakan pusat kekuasaan wilayah Moni, terdapat empat kelompok besar yang mengklaim diri sebagai keturunan Moni. Kisah Moni itu sendiri sebenarnya cukup kontroversial. Setiap kelompok mempunyai versinya sendiri-sendiri tentang moyang pengasalnya itu. Ada kelompok yang mengatakan bahwa Moni itu seorang laki-laki. Kelompok lain mengatakan bahwa Moni itu seorang wanita. Yang lain mengatakan bahwa Moni itu seorang manusia ganjil, yang memiliki dua kaki, tapi juga dua badan dan dua kepala. Badan yang satu adalah laki-laki, dan badan lainnya adalah wanita.

Keempat kelompok yang ada sekarang, muncul sejak zaman anak-anak Elu, keturunan Moni, kurang lebih generasi ke sembilan. Elu mempunyai lima orang anak. Versi lain mengatakan enam. Mereka itu adalah : Laka Elu (laki-laki), Wangge Elu (laki-laki), Kombo Elu (wanita), Ngelu Elu (wanita), Koli Elu (laki-laki), dan Fode Elu (wanita).

Kelompok yang berpengaruh hingga sekarang adalah kelompok keturunan Laka Elu,  Wangge Elu dan Kombo Elu, yang bertempat tinggal di kampung Koanara, dan kelompok Ngelu Elu yang bertempat tinggal di Watugana. Namun, kelompok keturunan Wangge Elu yang berada di Koanara dan Ngelu Elu di Watugana, sesungguhnya bukan keturunan asli dari kedua tokoh itu. Dikatakan bahwa, kelompok Wangge Elu yang berada di kampung Koanara sesungguhnya adalah suku Ndito (datang dari Ndito), yang ditawan oleh Wangge Elu di Koanara, karena mendapat kekuasaan dari Wangge Elu. Wangge Elu menyerahkan kekuasaan itu dengan maksud membendung Ata Lise yang mau merampas tanah Moni.

Tentang kelompok keturunan Ngelu Elu di kampung Watugana, dikatakan bahwa nenek moyang mereka yang sebenarnya adalah Rega Lombo, yang datang dari pantai Ende. Rega Lombo ini kemudian diangkat menjadi Ria Bewa oleh keturunan Moni, karena jasanya menyembuhkan salah seorang tokoh penting dalam suku Moni. Keempat kelompok tersebut bernaung hanya dibawah dua rumah adat, yaitu di Sa’o Ndito atau Sa’o Gereja, yang mana merupakan tempat berhimpun kelompok keturunan Ndito/Wangge Elu dan kelompok keturunan Laka Elu, sedangkan kelompok keturunan Kombo Elu dan Lombo/Ngelu Elu bernaung dibawah Sa’o Moni atau Sa’o Kupu Kana.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Adat istiadat orang alor NTT

Adat istiadat Parang Sumba NTT